A. Umar Bin Khothab
Sebagaimana yang kita ketahui Umar bin Khattab adalah salah satu diantara khulafaur rosyidin, para sahabat yang memegang tanduk kekholifahan sepeninggal Nabi. Sayyidina Umar termasuk sahabat baik Nabi Muhammad saw. Ia memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza. Dilahirkan di Makkah, dari golongan Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Orang tuanya bernama Khattab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan Hantamah binti Hasyim.
Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah. Pada masa itu ia sudah bisa membaca dan menulis, yang pada saat itu masih merupakan hal yang jarang. Disamping itu Umar juga dikenal dengan sosok yang gagah, karena fisiknya yang kuat dan prestasinya menjadi juara gulat di Makkah. Sebelum masuk Islam, Umar juga mengikuti sebagaimana tradisi kaum jahiliyah, minum-minuman keras, bahkan juga mengubur putrinya hidup-hidup. Namun setelah mengenal Islam, semua itu ia tinggalkan. Sehingga ia pun mendapat julukan dari Nabi Muhammad yaitu Al-Faruq yang artinya orang yang dapat memisahkan antara yang haq dan yang bathil.
Dalam suatu riwayat yang disampaikan oleh Abu Ishak yang dikutip dalam buku Abqariyyatu Muhammad, dikatakan bahwa suatu hari Umar keluar rumah dengan membawa pedangnya bermaksud menemui Rosulullah saw dan sejumlah sahabatnya. Mereka berkumpul dalam sebuah rumah dekat Sofa, jumlah mereka laki-laki dan perempuan mendekati 40 orang. Diantara yang hadir bersma Rosulullah saw adalah Hamzah bin Abdul Mutholib, Abu Bakar Bin Abu Kuhafa Ash-Siddiq dan Ali bin Abu Tholib. Sewaktu mencari Rosulullah tersebut Umar bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah. Mereka bercakap-cakap sejenak dan Nu’aim pun memberi tahu kepada Umar bahwa adik iparnya beserta adik perempuannya, Fatimah binti Khattab, telah masuk Islam. Seketika itu pula Umar kembali ke rumah menemui adik perempuannya. Saat melihat saudaranya sedang membaca Al-Qur’an Umar pun marah dan langsung memukulnya. Ketika melihat adiknya terluka dan mencucurkan darah, Umar pun menyesali perbuatannya dan meminta agar apa yang telah dibaca adiknya tadi dapat ia lihat (QS. Thaha). Setelah membaca surat tersebut hati Umar pun tergoncang dengan keindahan dan kemulyaan ayat-ayat yang dikandungnya, hinnga akhirnya hati Umar pun menjadi luluh dan berniat untuk masuk Islam.
Dalam riwayat lain juga ada yang menyebutkan kalau yang dibaca waktu itu bukanlah surat Thaha, melainkan surat Al-Hadid. Ketika sampai pada ayat ke-8 yaitu:
Artinya:
”Dan Mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. dan Sesungguhnya dia Telah mengambil perjanjianmu (Al-A’raaf: 172) jika kamu adalah orang-orang yang beriman.”
Umar pun langsung mengucapkan 2 kalimat syahadad, dan sejak itulah Umar bin Khattab menjadi seorang muslim dan pembela Islam yang tangguh.
2. Sifat dan Perilaku Sahabat Umar bin Khattab
Umar bin Khattab merupakan salah satu simbol pahlawan dalam Islam yang menemani secara langsung perjuangan dakwah Rosulullah saw. Beliau merupakan salah satu tonggak kekuatan Islam kala itu, yang melindungi Nabi dan melawan siapa saja yang akan mencelakai beliau dan menghancurkan Islam.
Umar bin Khattab memiliki beberapa sifat unggul yang membuatnya patut untuk dijadikan teladan. Sifat-sifat yang melekat pada dirinya tersebut ada yang terlihat secara langsung dan ada yang tersembunyi.
Diantara sifat-sifat mulia tersebut adalah sifat kepahlawanan/kuat, adil, penyayang, antusias, cerdas, sederhana, pencemburu, penuh tanggung jawab, serta memiliki keimanan yang teguh.
• Kepahlawanan/Kuat
Umar bin Khattab sebagaimana yang dikenal adalah sosok yang kuat dan tangguh. Selain fisiknya yang gagah, terlihat pula dalam prestasinya saat menjadi juara gulat di Makkah, ia juga memiliki sikap yang pantang menyerah dan tak mudah putus asa. Dalam menghadapi setiap permasalahan selalu berjiwa optimis dan yakin bahwa ia mampu menghadapi semuanya. Selain itu Umar juga memiliki pribadi yang teguh dan tak mudah terpengaruh. Setiap kali dia dihadapkan pada kekuatan, maka bangkitlah semangatnya berkelahi, dan berlagsunglah pertarungan sengit yang pantang mundur, hingga salah seorang diantara dua musuh itu yang jatuh tersungkur. Namun perlu diketahui bahwa belum terdengar satu riwayatpun hingga kini yang menyebutkan tentang kekerasan yang dilakukan Umar bin Khattab melainkan ada kewajiban yang tegak disamping kekerasan itu, yang mentolerir dan membuat kekerasan itu harus dilakukan. Dari penjelasan tersebut nampak jelas bahwa sikap kepahlawanan ada kepribadian dan perilakunya.
• Adil
Umar adalah orang yang adil karena dia orang yang kuat lagi lurus sesuai dengan tabiatnya. Ada juga yang mengatakan bahwa sifat adil tersebut diwarisinya dari keluarganya. Hal ini disebabkan karena ayahnya Khattab dan kakeknya Nufail termasuk orang yang keras dan berwibawa. Sedang ibunya Hantamah binti Hisyam bin Mugirah merupakan panglima Quraisy dalam setiap pertempuran. Dia mempunyai sifat yang tidak memihak karena dia tidak pernah marasa takut. Selain itu Umar menjadi sosok yang adil juga arena keluarganya dari Bani ’Adi telah merasakan pahit getirnya kezaliman dari kerabat mereka Bani Abdu Syam, yang sangat kejam dalam peperangan sehingga mereka dinamakan penjilat darah. Mereka dapat mengalhkan Bani Adi karena jumlahnya sedikit dibandingkan kerabatnya Bani Abdu Syam. Maka tertanamlah dalam jiwa mereka rasa benci akan kezaliman dan cinta pada keadilanyang mereka hayati dan laksanakan. Pengalaman tersebut telah memantapkan sifat adil dalam diri Umar dan keluarganya.
Disamping hal-hal yang telah disebutkan diatas, sifat adilnya tersebut juga dipengaruhi oleh pengajaran agama yang dianutnya dan kegigihannya sebagai penganut agama Islam. Sebab itulah dia merupakan orang adil yang paling kuat sebagaimana dia adalah seorang muttaqin dan mukmin yang kuat.
• Penyayang
Disamping sikapnya yang terkesan keras dan tegas saat berhadapan dengan musuh, sahabat Umar bin Khattab juga mamiliki sifat yang penyayang dan penuh belas kasih. Sifat ini begitu nampak saat peristiwa yang menyebabkan dia masuk Islam. Sebagaimana yang telah umum diketahui, hal tersebut terjadi saat Umar sedang menemui adiknya yang telah ia ketahui masuk Islam. Ia memukul adiknya itu Fatimah binti Khattab sampai terluka dan mengeluarkan darah. Melihat hal tersebut hatinya langsung iba, hingga tergerak untuk melihat apa yang telah dibaca adiknya tersebut. Saat membaca Al-Qur’an itulah hatinya benar-benar luluh dengan keindahan Kalam Ilahi yang kemudian menjadi penyababnya untuk memeluk agama Islam dan membantu dakwah Nabi.
Dari situ telah terlihat bahwa sesungguhnya Umar adalah sosok yang lembut, mudah tersentuh perasaannya, dan memiliki kasih sayang tinggi pada adik perempuannya.
Selain itu sifat penyayangnya juga terlihat pada perhatiannya pada adik laiki-lakinya, Zaid bin Khattab, semasa hidup dan matinya. Sampai ada yang menyebutkan jika seseorang ingin melihat Umar in Khattab menangis, maka disebutnyalah nama adik laki-lakinya tersebut hingga air matanya bercucuran. Sesudah saudaranya itu terbunuh dia sangat berduka. Hingga setiap ada orang lain yang mengalami musibah sama dengan dirinya yang kehilangan saudaranya, dia akan datang dan menyatakan turut berduka cita.
Disamping hal-hal yang tersebut diatas masih banyak lagi riwayat-riwayat yang menceritakan tentang sifat kasih sayang Umar. Salah satu dari sekian banyak cerita yaitu ketika ia melihat seorang kakek yang lemah meminta-minta didepan rumah. Saat mengetahui kalau kakek itu ternyata adalah orang Yahudi, dia bertanya kepadanya: ”apa yang membawamu datang kemari?” jawabnya: ”saya meminta jizyah (karena kebutuhan dan ketuaan)! Lalu Umar memegang tangannya dan membawanya kerumahnya, lalu memberikan apa yang dibutuhkannya saat itu dan mengirimnya pada pengurus Baitul Mal, dan memerintahkan: ”Perhatikanlah orang ini dan orang-orang seperti dia.” hal tersebut menunjukkan betapa mulianya dia dan besarnya belas kasihnya kepada sesama, termasuk kepada orang yang bukan Islam.
• Cerdas
Selain sosok yang kuat, penyayang, dia juga merupakan pribadi yang cerdas. Umar mewarisi jabatan kadi dari kabilahnya dan orang tuanya. Dia adalah yang paling cerdas dari keluarga Bani ’Adi yang termulia dan memegang jabatan sebagai duta kaumnya dan mengurus pengadilan dimasa jahiliyah. Saat menduduki jabatan sebagai khalifah setelah ia masuk Islam, dengan kecerdasan dan ketangkasannnya ia mampu menahlukkan banyak daerah, banyak melakukan reformasi secara administratif dan mengontrol lebih dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditahlukkan. Sehingga kekuasaan Islam pun dengan pesatnya.
Disebutkan juga bahwa Umar memiliki kecerdasan untuk mengetahui akhlaq-akhlaq yang bertentangan dan rahasia jiwa. Dia tidak sekali-sekali tidak mengemukakan pendapat tentang jiwa dan akhlaq dengan mudah seolah-olah dia hanya menyoroti dari satu segi atau mencocokkannya dengan ukuran yang satu, bahkan dia mengetahui dunia dan mengetahui perubahan hati dan jiwa manusia. Dangan pengetahuan ini ia gemar memperhatikan manusia dengan seksama dan melakukan pengawasan terhadap mereka hingga tidak ada yang luput olehnya mengena hal-hal yang mungkin timbul dari mereka berupa kebaikan, kejahatan, kekuatan,perbaikan, dan perusakan.
• Sederhana
Walaupun dari kecil Umar hidup dalam keluarga yang berkecukupan, namun hidupnya tidak berlebih-lebihan. Sebelum masuk Islam dan menjabat sebagai kadi dalam kaumnya saat itu, ia tidak mengambil dan merampas hak kaumnya, ia bertindak sangat adil dan bijaksana. Begitu juga saat menjadi khalifah menggantikan khalifah Abu Bakar, ia dikenal dengan gaya hidup yang sederhana, tidak seperti penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sebagaimna saat para pemeluk Islam masih miskin dan dianiaya.
• Pencemburu
Salah satu yang juga menjadi sifat dari Ibnul Khattab ini adalah pencemburu. Nabi berbicara dengan sahabat-sahabatnya pada suatu haari dan Umar ada bersama mereka, lalu Nabi bersabda:” sementara saya tidur tampaklah seolah-olah saya dalam surga, tiba-tiba kelihatan seorang wanita yang sedang berwudlu di samping sebuah mahligai, lalu saya bertanya: ”kepunyaan siapa maghligai ini?” mereka menjawab:”kepunyaan Umar maka teringatlah saya kepada sifat cemburu Umar lalu saya pergi dari sana... ”Rasa cemburu Umar itu dikenal dan ditakuti oleh mereka yang mengenalnya dan mengetahui tentang tabiatnya, terlebih oleh kaum wanita. Umar cemburu pada kebenaran, kehormatan, agama, kawan atau sahabat setia, dan dia tidak akan merasa cemburu karena ini atau itu, disebabkan keuntungan yang diperoleh dari ini atau itu.
Melainkan dia hanya cemburu pada sesuatu hal yang dipertahankannya, dan dia tahu bahwa dia sanggup mempertahankannya, maka cemburunya hanya untuk melindungi orang lain dan tidak bermaksud menarik manfaatbagi dirinya atau mengambil hak dari seseorang.
Apa yang telah dijabarkan diatas adalah sebagian kecil dari sekian banyak sifat mulia yang dimiliki oleh sahabat Umar bin Khattab. Sebagi sosok mulia yang menjadi bagian dari Khulafaur Rosyidin, yang memiliki sifat-sifat unggulan, a patut dijadikan contoh dan teladan bagi kita dalam menjalani kehidupan di dunia yang hanya sebentar ini. Walaupun tak ada satupun dari kita yang mampu menyamai persis sama dengan beliau, tapi setidaknya kita mampu mencontoh sifat-sifat dan keteladanannya dalam menghadapi dan menyelesaikan seluruh peristiwa dan masalah yang dihadapinya.
B. Bilal Bin Rabbah
Terdapat kisah salah seorang sahabat (buda’) di zaman Rasullullah Saw, yang selalu merindukan rasulullah dan selalu ta’at menjalankan tugas sebagai mu’adzin yang baik yang dikenaal diseluuh penjuru dunia.
Pada awalnya, untuk mengetahui jam shalat, umat Islam menjalankannya dengan terlebih dahulu menentukan waktu kemudian berkumpul untuk shalat. Namun karena menyulitkan, akhirnya Rasulullah SAW berpikir untuk memanggil umat menggunakan terompet. Namun Rasulullah SAW sendiri tidak menyukai ide ini karena orang Yahudi juga menggunakan cara yang sama. Akhirnya disepakati panggilan azan ketika memasuki jam shalat dilakukan dengan tepukan tangan. Tak berapa lama kemudian, salah seorang sahabat, Abdullah bin Zaid datang menemui Rasulullah. Ia berkata bahwa ia bermimpi bertemu seorang pria yang menggunakan dua helai kain berwarna hijau seraya membawa bel.
Dalam mimpi itu, Abdullah lalu menawarkan diri untuk membeli bel tersebut. Ketika pria itu bertanya untuk tujuan apa ia gunakan bel tersebut, Abdullah menyatakan bahwa bel itu akan ia gunakan untuk memanggil orang-orang untuk sholat. Namun pria itu menawarkan panggilan shalat yang lebih baik yaitu menyebutkan empat kali seruan "Allahu Akbar" lalu dua kali seruan "asyhadualla ilaaha illallah", kemudian dua kali seruan "asyhadu Annamuhammadarrasulullah", lalu dua kali seruan "hayya 'alas sholah", dua kali seruan "hayya 'alal falah" lalu "Allahu Akbar, Allahu Akbar, laa ilaaha illallah".
Dengan gembira, Rasulullah SAW menyatakan bahwa itu adalah sebuah penglihatan baik. Rasulullah SAW segera meminta Abdullah pergi menemui Bilal dan mengajarkan adzan tersebut padanya. Bilal dipilih sebagai muadzin karena ia memiliki suara indah dan keras, sehingga bisa menjangkau jarak yang jauh. Sejak saat itulah pertama kali adzan diperdengarkan di kota Madinah dan Bilal menjadi muadzinnya.
Setiap usai melantunkan adzan, Bilal selalu berdiri di depan pintu rumah Rasulullah SAW dan berkata "Hayya alas-salah, hayya 'alal-falaah (Mari kita Shalat, Mari dirikan kemenangan)." Ia berucap mengingatkan Rasulullah SAW bahwa telah masuk waktu shalat. Begitulah Bilal setiap kali ia usai melantunkan adzan.
Bilal sangat menikmati perannya sebagai muadzin Rasul sampai kemudian Rasulullah SAW meninggal dunia. Meski semua umat Islam larut dalam kesedihan, mereka tidak melupakan kewajiban shalat. Karena itulah mereka meminta Bilal untuk kembali melantunkan adzan. Bilal pun bersiap mengumandangkan adzan pertamanya setelah wafatnya Rasul. Namun baru saja ia berucap "Allahu Akbar.." dan hendak mengucap nama Rasulullah SAW, ia tidak kuasa menahan kesedihan. Bilal menangis terisak-isak sehingga ia tidak meneruskan adzannya. Ia lalu berkata bahwa ia tidak akan pernah lagi mengumandangkan adzan. Bilal meminta Abu Bakar yang menjadi khalifah, untuk membiarkannya pergi Suriah. Bilal kemudian menetap di kota Damaskus hingga akhir hidupnya.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Bilal hanya melantunkan adzan dua kali. Pertama ketika Umar bin Khattab datang ke Damaskus. Sementara yang kedua ketika ia mengunjungi makam Rasulullah SAW di Madinah. Mendengar suaranya, semua yang hadir menangis karena teringat masa Rasulullah masih ada.
C. Amar Bin Yasir
Seorang Tokoh Penghuni Surga
Seandainya ada orang yang dilahirkan di Surga, lain dibesarkan dalam haribaannya dan jadi dewasa, kemudian dibawa ke dunia untuk jadi hiasan dan nur cahaya, maka’Ammar bersama ibunya Sumayyah dan bapaknya Yasir, adalah beberapa orang di antara mereka. Tetapi kenapa kita mengatakan tadi “seandainya”, seolah-olah itu hanya pengandaian belaka, padahal keluarga Yasir benar-benar penduduk Surga? Ketika Rasululiah . bersabda:
“Shabar wahai keluarga Yasir, tempat yang telah dijanjikan bagi kalian adalah Surga!”
kata-kata itu diucapkannya bukanlah hanya sebagai hiburan belaka, tetapi benar-benar mengakui kenyataan yang diketahuinya dan menguatkan fakta yang dilihat dan disaksikannya.
Yasir bin ‘Amir yakni ayahanda ‘Ammar, berangkat meninggalkan negerinya di Yaman guna mencari dan menemui salah seorang saudaranya …. Rupanya ia berkenan dan merasa cocok tinggal di Mekah. Bermukimlah ia di sana dan mengikat perjanjian persahabatan dengan Abu Hudzaifah ibnul Mughirah.Abu Hudzaifah mengawinkannya dengan salah seorang sahayanya bernama Sumayyah binti Khayyath, dan dari perkawinan yang penuh berkah ini, kedua suami isteri itu dikaruniai seorang putera bernama ‘Ammar.Keislaman mereka• termasuk dalam golongan yang mula pertama, sebagai halnya orang shalih;yang diberi petunjuk oleh Allah. Dan sebagai halnya orang-orang shalih yang termasuk dalam golongan yang mula pertama masuk Islam, mereka cukup menderita karena siksa dan kekejaman Quraisy.
Orang-orang Quraisy menjalankan siasat terhadap Kaum Muslimin sesuai suasana. Seandainya mereka ini golongan bangsawan dan berpengaruh, mereka hadapi dengan ancaman dan gertakan. Abu Jahal orang yang menggertaknya dengan ungkapan: “Kamu berani meninggalkan agama nenek moyangmu padahal mereka lebih baik daripadamu ! Akan kami uji sampai di mana ketabahanmu, akan kami jatuhkan kehormatanmu, akan kami rusak perniagaanmu dan akan kami musnahkan harta bendamu!”
Dan setelah itu mereka lancarkan kepadanya perang urat syaraf yang amat sengit.
Dan sekiranya yang beriman itu dari kalangan penduduk Mekah yang rendah martabatnya dan yang miskin, atau dari golongan budak belian, maka mereka didera dan disulutnya dengan api bernyala. Maka keluarga Yasir termasuk dalam golongan yang kedua ini. Dan soal penyiksaan mereka, diserahkan kepada Bani Makhzum. Setiap hari Yasir, Sumayyah dan ‘Ammar dibawa ke padang pasir Mekah yang demikian panas, lalu didera dengan berbagai adzab dan siksa! Penderitaan dan pengalaman Sumayyah dari siksaan ini amat ngeri dan`menakutkan, tetapi tidak akan kita paparkan panjang lebar sekarang ini. Insya Allah pada kesempatan lain akan -kita ceritakan pengurbanan dan- keteguhan hati yang ditunjukkan oleh Sumayyah bersama shahabat-shahabat dan kawan-kawan seperjuangannya di hari-hari yang bersejarah itu.
Cukuplah kita sebutkan sekarang tanpa berlebih-lebihan bahwa syahidah Sumayyah telah menunjukkan sikap dan pendirian tangguh, yang dari awal hingga akhirnya telah membuktikan kepada kemanusiaan suatu kemuliaan yang tak pernah hapus dan kehormatan yang pamornya tak pernah luntur. Suatu sikap yang telah menjadikannya seorang bunda kandung bagi orang-orang Mu’min di setiap zaman, dan. bagi para budiman di sepanjang masa. Rasulullah . tidak lupa mengunjungi tempat-tempat yang diketahuinya sebagai arena penyiksaan bagi keluarga Yasir. Ketika itu tidak suatu apa pun yang dimilikinya untuk menolak bahaya dan mempertahankan diri.’Dan rupanya demikian itu sudah menjadi kehendak Allah. Maka Agama baru, yakni Agama Nabi Ibrahim yang suci murni, suatu Agama yang hendak dikibarkan panji-panjinya oleh Muhammad , bukakiah suatu gerakan perubahan secara vertikal dan horizontal, tetapi merupakan suatu tata cara hidup bagi manusia beriman. Dan manusia beriman ini haruslah memiliki dan mewarisi bersama Agama itu secara lengkap dengan kepahlawanan, perjuangan dan pengurbanannya. Pengurbanan-pengurbanan mulia yang dahsyat ini tak ubahnya dengan tumbal yang akan menjamin bagi Agama dan ‘aqidah keteguhan yang takkan lapuk … .! Ia juga.menjadi contoh teladan yang akan mengisi hati orang-orang beriman dengan rasa simpati, kebanggaan dan kasih sayang…. Ia adalah menara yang akan menjadi pedoman bagi generasi-generasi mendatang untuk mencapai hakikat Agama, kebenaran dan kebesarannya.
Demikianlah, berlaku pula bagi Agama Islam, qurban dan pengurbanan ini. Makna ini telah dijelaskan oleh al-Quran kepada Kaum Muslimin bukan hanya pada satu atau dua ayat. Firman Allah Swt. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman” padahal mereka belum lagi diuji?(Q.S. 29 al-’Ankabut:2) Apakah kalian mengira akan dapat masuh surga, padahal belum lagi terbukti bagi Allah orang-orang yang berjuang di antara kalian, begitu pun orang-orang yang tabah ?(Q.S. 3 Ali Imran: 142) Sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, hingga terbuktilah bagi Allah orang-orang Yang benar dan terbukti pula orang-orang yang dusta.(Q.S. 29 al-’ankabut: 3) Apakah kalian mengira akan dibiarhan begitu saja, padahal belum lagi terbukti bagi Allah orang-orang yang berjuang di antara kalian?(Q.S. 9 Attaubat: 16) Allah tiada hendah membiarhan orang-orang beriman dalam Keadaan kalian sekarang ini, hingga dipisahhan-Nya mana-mana yang jelek daripada yang baik.(Q.S. 3 Ali Imran: 179) Dan mushibah yang telah menimpa halian di saat berhadapannya dua pasukan, adalah dengan idzin Allah, yakni agar terbukti baginya orang-orang yang beriman!”(Q.S. 3 Ali Imran: 166)
Memang, demikianlah Al-Qur’an mendidik putera dan para pendukungnya bahwa pengurbanan merupakan esensi atau sari dari keimanan, dan bahwa kepahlawanan menghadapi kekejaman dan kekerasan dihadapi dengan keshabaran, keteguhan dan pantang mundur, hanyalah akan membentuk keutamaan iman yang cemerlang dan mengagumkan. Oleh sebab itu di kala sedang meletakkan dasarnya, memancangkan tiang-tiang dan mengemukakan model contohnya, hendaklah Agama Allah ini memperkukuh diri dengan pengurbanan jiwa dan memhersihkan jiwa dengan pengurbanan harta, maka terpilihlah untuk kepentingan mulia ini beberapa orang putera, para pemuka dan tokoh-tokoh utamanya untuk menjadi ikutan sempurna dan teladan istimewa bagi orang-orang beriman yang menyusul kemudian!. Maka Sumayyah,Yassir,dan ‘Ammar dari golongan luar biasa yang beroleh barkah ini, adalah pilihan dari taqdir, yang dengan pengurbanan, ketekunan dan keuletan mereka itu, dapat memateri kebesaran dan keabadian Islam secara kuat dan kukuh. Telah kita katakan tadi bahwa Rasulullah . tiap hari berkunjung ke tempat disiksanya keluarga Yasir, mengagumi ketabahan dan kepahlawanannya …,sementara hatinya yang mulia bagaikan hancur karena santun dan belas kasihan menyaksikan mereka menerima siksa yang tak terderitakan lagi.
Pada suatu hari ketika Rasulullah . mengunjungi mereka, ‘Ammar memanggilnya, katanya:
“Wahai Rasulullah, adzab yang kami derita telah sampai ke puncak”. Maka seru Rasulullah“Shabarlah, wahai Abal Yaqdhan“Shabarlah, wahai keluarga Yasir.“Tempat yang dijanjikan bagi kalian ialah Surga.”Siksaan yang dialami oleh ‘Ammar dilukiskan oleh kawan-kawannya dalam beberapa riwayat. Berkata ‘Amar bin Hakam:’Ammar itu disiksa sampai-sampai ia tak menyadari apa yang diucapkannya” Berkata pula ‘Ammar bin Maimun: “Orang-rang musyrik membakar ‘Ammar bin Yasir dengan api. Maka Rasulullah. lewat di tempatnya lain memegang kepalanya dengan tangan beliau, sambil bersabda:
“Hai api, jadilah kamu sejuk dingin di tubuh ‘Ammar, sebagaimana dulu kamu juga sejuk dingin di tubuh Ibrahim”
Bagaimanapun juga, semua bencana itu tidaklah dapat menekan jiwa ‘Ammar, walau telah menekan punggung dan menguras tenaganya. Ia baru merasa dirinya benar-benar celaka, ketika pada suatu hari tukang-tukang cambuk dan para penderanya menghabiskan segala daya upaya dalam melampiaskan kedhaliman dan kekejannya…., semenjak hukuman bakar dengan besi panas, sampai disalib di atas pasir panas dengan ditindih batu laksana bara merah, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas kulitnya yang penuh dengan luka. Pada hari itu, ketika ia telah tak sadarkan diri lagi karena siksaan yang demikian berat, orang-orang itu mengatakan kepadanya: “Pujalah olehmu tuhan-tuhan kami!”, lain diajarkan mereka kepadanya kata-kata pujaan itu, sementara ia mengikutinya tanpa menyadari apa yang diucapkannya. Ketika ia siuman sebentar akibat dihentikannya siksaan, tiba-tiba ia sadar akan apa yang telah diucapkannya …,maka hilanglah akalnya dan terbayanglah di ruang matanya betapa besar kesalahan yang telah dilakukannya, suatu dosa besar yang tak dapat ditebus dan diampuni lagi …,hingga beberapa saat dirasakannya siksaan orang-orang musyrik terhadap dirinya sebagai obat pembalur luka dan suatu keni’matan juga. Dan seandainya ia dibiarkan dalam perasaan itu agak beberapa jam saja, tak dapat tiada tentulah akan membawa ajalnya. ‘Ammar dapat bertahan menanggungkan semua siksa yang ditimpakan atas tubuhnya, ialah karena jiwanya sedang berada pada kondisi puncak. Tetapi sekarang ini, demi disangkanya jiwanya telah menyerah kalah, maka dukacita dan sesal kecewa hampir saja menghabiskan tenaga dan melenyapkan nyawanya. Tetapi iradat Allah Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi telah memutuskan agar peristiwa yang’ mengharukan itu mencapai titik kesudahan yang amat luhur… Dan tangan wahyu yang penuh berkah itu pun terulurlah menjabat tangan’Ammar, sambil menyampaikan ucapan selamat kepadanya: “Bangunlah hai pahlawan. Tak ada sesalan atasmu dan tak ada cacat”
Ketika Rasulullah . menemui shahabatnya itu didapatinya ia sedang menangis, maka disapunyalah tangisnya itu dengan tangan beliau seraya sabdanya:
“Orang-orang hafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu …?”“Benar’: wahai RasuIullah’: ujar‘ Ammar sambil meratap. Maka sabda Rasulullah sambil tersenyum: “Jika mereka memaksaimu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi. ”Lalu dibacakan Rasulullah kepadanya ayat mulia berikut ini:
Artinya:
Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan …(Q.S. 16 an-Nahl: 106)
Kembalilah ‘Ammar diliputi oleh ketenangan dan dera yang menimpa tubuhnya: bertubi-tubi tidak terasa sakit lagi, dan apa juga yang akan terjadi, terjadilah dan ia tidak akan peduli. Jiwanya berbahagia, keimanannya di fihak yang menang! Ucapannya yang dikeluarkan secara terpaksa itu dijamin bebas oleh al-Quran, maka apa lagi yang akan dirisaukannya. ‘Ammar menghadapi cobaan dan siksaan itu dengan ketabahan luar biasa, hingga pendera-penderanya merasa lelah dan menjadi lemah, dan bertekuk lutut di hadapan tembok keimanan yang maha kukuh. Setelah pindahnya Rasulullah . ke Medinah, Kaum Muslimin tinggal bersama beliau bermukim di sana, secepatnya masyarakat Islam terbentuk dan menyempurnakan barisannya. Maka di tengah-tengah masyarakat Islam yang beriman ini ‘Ammar pun mendapatkan kedudukan yang tinggi Rasulullah . amat sayang kepadanya, dan beliau sering membanggakan keimanan dan ketaqwaan ‘Ammar kepada para shahabat. Bersabda Rasulullah :
Atinya:
“Diri ‘Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya…..!”
Dan sewaktu terjadi selisih faham antara Khalid bin Walid dengan ‘Ammar, Rasulullah . bersabda: “Siapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci ‘Ammar, maka ia akan dibenci Allah! ”
Maka tak ada pilihan bagi Khalid bin Walid pahlawan Islam itu selain segera mendatangi ‘Ammar untuk mengakui kekhilafannya dan meminta ma’af. Suatu peristiwa terjadi pula ketika Rasulullah . bersama para shahabat mendirikan mesjid di Madinah, yakni tiada lama setelah kepindahannya ke sana. Imam Ali karamallahu wajhah menggubah sebuah bait sya’ir yang didendangkan berulang-ulang diikuti oleh Kaum Muslimin yang sedang bekerja itu, dan baitnya adalah sebagai beribut:
“Orang yang memakmurkan mesjid nilainya tidak sama. Sibuk bekerja sambil duduk di sini berdiri di sana.Sedang pemalas lari menghindar tertidur di sana. Kebetulan waktu itu ‘Ammar sedang bekerja di salah satu sisi bangunan. Ia juga turut berdendang, mengulang-ulangnya dengan nada tinggi …. Salah seorang kawan menyangka bahwa ‘Ammar bermaksud dengan nyanyian itu hendak menonjolkan dirinya, hingga di antara mereka terjadi pertengkaran dan keluar kata-kata yang menunjukkan kemarahan. Mendengar itu Rasulullah murka, sabdanya:
Artinya:
“Apa mahsud mereka terhadap ‘Ammar .Diserunya mereka ke Surga, tapi mereka hendak mengajaknya ke neraha. Sungguh, ‘Ammar adalah biji mataku sendiri.”
Jika Rasulullah . telah menyatakan kesayangannya terhadap seorang Muslim demikian rupa, pastilah keimanan orang itu, kecintaan dan jasanya terhadap Islam, kebesaran jiwa dan ketulusan hati serta keluhuran budinya telah mencapai batas dan puncak kesempurnaan. Demikian halnya ‘Ammar. Berkat ni’mat dan petunjuk-Nya, Allah telah memberikan kepada ‘Ammar ganjaran setimpal, dan menilai takaran kebaikannya secara penuh. Hingga disebabkan tingkatan petunjuk dan keyakinan yang telah dicapainya, maka Rasulullah menyatakan kesucian imannya dan mengangkat dirinya sebagai contoh teladan bagi para shahabat, sabdanya:
Artinya:
“Contoh dan ikutilah setelah kematianku nanti Abu Bakar dan Umar dan ambillah pula hidayah yang dipakai ‘Ammar untuk Jadi bimbingan!”
Mengenai perawakannya, para ahli riwayat melukiskannya sebagai berikut: Ia adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru. seorang yang amat pendiam dan tak suka banyak bicara. Nah, bagaimanakah kiranya garis kehidupan raksasa pendiam yang bermata biru dan berdada lebar, serta tubuhnya penuh dengan bekas-bekas siksaan kejam, dan di waktu yang bersamaan jiwanya telah ditempa dengan ketabahan yang amat mengagumkan dan kebesaran yang luar biasa. Bagaimanakah jalan kehidupan yang ditempuh oleh pengikut yang jujur dan Mu’min yang tulus serta pejuang yang berani mati ini. Sungguh telah diterjuninya bersama Rasulullah sebagai gurunya semua perjuangan bersenjata, baik.Badar, Uhud, Khandaq, Tabuk.pendeknya semua tanpa keculali. Dan tatkala Rasulullah telah mendahuluinya ke ar Rafiqul A’la, maka raksasa ini tidaklah berhenti, tetapi melanjutkan perjuangannya terus-menerus.
Di kala Kaum Muslimin berhadap-hadapan dengan kaum Persi dan Romawi, begitu juga ketika menghadapi pasukan kaum murtad,’Ammar selalu berada di barisan pertama. sebagai seorang prajurit yang gagah perkasa dengan tebasan pedangnya yang tak pernah meleset, ia sebagai seorang Mu’min yang shalih dan mulia tidak satu pun yang dapat menghalanginya dalam mencapai ridla Allah. Dan tatkala Amirul Mu’minin Umar memilih calon-calon wail negeri secara cermat dan hati-hati bagi Kaum Muslimin, maka matanya tetap tertuju dan tak hendak beralih dari ‘Ammar bin Yasir. Ia segera menemuinya dan mengangkatnya sebagai wali negeri Kufah dengan Ibnu Mas’ud sebagai •Bendaharanya. Dan kepada penduduknya Umar menulis sepucuk surat berita gembira dengan diangkatnya wali negeri baru itu, katanya:
“Saya kirim kepada tuan-tuan ‘Ammar bin Yasir sebagai ‘Amir, dan Ibnu Mas’ud sebagai Bendahara dan Wazir ….Kedua mereka adalah orang-orang pilihan, dari golongan shahabat Muhammad ., dan termasuk pahlawan-pahlawan Badar.
Dalam melaksanakan pemerintahan,’Ammar melakukan suatu sistim yang rupanya tidak dapat diikuti oleh ouang-orang yang rakus akan dunia, hingga mereka mengadakan atau hampir mengadakan persekongkolan terhadap dirinya . • • • Pangkat dan jabatannya itu tidak menambah kecuali keshalihan, zuhud dan kerendahan hatinya. Salah seorang yang hidup semasa dengannya di Kufah, yaitu Ibnu Abil Hudzail, bercerita:
“Saya lihat ‘Ammar bin Yasir sewaktu menjadi ‘Amir di Kufah, membeli Sayuran di pasar lain mengikatnya dengan tail dan memikulnya di atas punggung, dan membawanya pulang” Dan salah seorang awam berkata kepadanya sewaktu ia menjadi Amir di Kufah itu: “Hai yang telinganya terpotong!”, menghinanya dengan telinganya yang putus ketika menghadapi orang-orang murtad di pertempuran Yamamah. Tetapi jawaban amir yang memegang tampuk kekuasaan itu tidak lebih dari: “Yang kamu cela itu adalah telingaku yang terbaik. Karena ia ditimpa kecelakaan waktu perang fi sabilillah. Memang, telinganya itu putus dalam perang sabil di Yamamah. yakni salah satu diantara hari-hari gemilang bagi ‘Ammar. Raksasa ini maju bagaikan angin topan dan menyerbu barisan tentara Musailamatul Kadzab sehingga melumpuhkan kekuatan musuh. Ketika dilihatnya gerakan Muslimin mengendor segera dibangkitkannya semangat mereka dengan seruannya yang gemuruh, hingga mereka kembali maju menerjang bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya. Abdullah bin Umar r.a. menceritakan peristiwa itu sebagai berikut :‘Waktu perang Yamamah saya lihat ‘Ammar sedang berada di atas sebuah batu karang. Ia berdiri sambil berseru: “Hai Kaum Muslimin, apakah tuan-tuan hendak lari dari Surga. Inilah saya ‘Ammar bin Yasir, kemarilah tuan-tuan.
Ketika saya melihat dan memperhatikannya, kiranya sebelah telinganya telah putus beruntai-untai, sedang ia berperang dengan amat sengitnya. Wahai, barang siapa yang masih meragukan kebesaran Muhammad. seorang Rasul yang benar dan guru yang sempurna, baiklah ia berdiri sejenak di hadapan contoh-contoh yang telah ditunjukkan oleh para pengikut dan shahabatnya, lalu bertanya kepada dirinya: “Siapakah yang akan mampu mengemukakan teladan dan contoh luhur ini kalau bukan seorang Rasul mulia dan maha guru utama?” Jika mereka menerjuni suatu perjuangan di jalan Allah, pastilah mereka akan maju ke depan bagaikan orang yang hendak mencari maut dan bukan merebut kemenangan.
Jika mereka para khalifah dan hakim-hakim pengadilan, maka mereka takkan keberatan memerahkan susu untuk wanita janda tua atau mengadon tepung roti untuk anak-anak yatim, sebagai dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar. Dan jika mereka para pembesar, maka mereka takkan main dan merasa segan untuk memikul makanan yang diikat dengan tali di atas punggung mereka, seperti kita saksikan pada ‘Ammar; atau menyerahkan gaji yang menjadi haknya lalu pergi menjalin daun kurma untuk kantong atau bakul sebagai yang diperbuat oleh Salman. Wahai, marilah kita tekurkan kening dan tundukkan kepala kita, sebagai ta’dhim dan penghormatan kepada Agama yang telah mengajari mereka semua, dan kepada Rasulullah yang telah mendidik mereka….dan sebelum Agama sertaRasulullah itu, terutama kepada Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung, yang telah memilih mereka untuk semua ini, serta menjadikan mereka sebagai pelopor dan sebaik-baik ummat yang pernah dilahirkan sebagai teladan bagi seluruh manusia.
Ketika itu Hudzaifah ibnul Yaman seorang yang ahli tentang bahasa rahasia dan bisikan ghaib, sedang berkemas-kemas menghadapi panggilan Ilahi menghadapi sekarat mautnya. Kawan-kawannya yang sedang berkumpul sekelilingnya menanyakan kepadanya: “Siapakah yang harus kami ikuti menurutmu, jika terjadi pertikaian di antara ummat. Sambil mengucapkan kata-katanya yang akhir, Hudzaifah menjawab: “Ikutilah oleh kalian Ibnu Sumayyah, kauena sampai matinya ia tak hendak berpisah dengan kebenaran” Benar, ‘Ammar akan tetap mengikuti kebenaran itu ke mana saja perginya. Dan sekarang sementaua kita menyelusuri jejak langkahnya, dan-menyelidiki peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupannya, marilah kita pergi menghampiri suatu peristiwa besar. Hanya sebelum kita memperhatikan kejadian yang mempesona dan amat mengharukan itu, baik tentang keutamaan dan kesempurnaannya, tentang kemampuan dan keunggulannya, maupun tentang kegigihan dan kesungguhannya.
KESIMPULAN
Jadi kesimpulnnya semua sahabat yang bersangkutan diatas, merupakan sosok manusia pilihan hamba Allah Swt yang sangat mulia dan selalu setia menaati perintah allah dan rasulnya, hingga ketiga sahabat mnjadi shohabat yang disayangi oleh Rasulullah Saw.
Seperti halnya salah seorang sahabat yang tangguh dan bijaksana yaitu umar bin khothab, beliau adalah salah seorang yang tangguh dan perkasa serta adil, bahkan tegas dalam menangani masalah yang dihadapinya, hingga seluruh masyarakat diberbagai penjuru dunia kenal dengan nama umar bin khothab. Walaupun beeliau seorang yang sangat keras, tapi bersamaan dengan hidayah Allah Swt hatinya beliau juga rapuh ketika mendengar lantunan ayat Al-Qur’an. Disinilah letak keistimewaan umar, yang awalnya beliau pemimpin orang kafir yang sangat keras memusuhi isalm, namun karna bersamaan dengan hidayah Allah Swt, beliau masuk islam yang kemudian beliau menjadi salah satu sahabat Nabi yang dekat dengan nabi, bahkan beliau sebagai pembela islam yang tangguh dalam membantu rasulullah menyariatkan Islam.
Begitu juga dengn seorang sahabat yaitu Bilal Bib Robbah, beliau seorang muadzin yang selalu tepat waktu dan selalu berdiri didepan pintu rumah Raulullah Saw, selalu bertakbir mengumandangkan azdan sebagai tanda waktu sholat dah tiba.
Begitu juga dengan Amar Bin Yasir, beliau salah satu sahabat yang menderita kewsakitan dan dibakar oleh kaum kafirun, namaun beliau selalu tabah, beliau percaya kakau disisinya selalu ada allah Swt dan Rasulullah Saw. Hingga beliaau sekeluarga dijamin jadi penghuni surga oleh Rasulullah Saw.
DAFTAR RUJUKAN
• http//Umar bin khattab-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedi bebas-Windows internet eksplorer.
• Mahmoud Abbas Al-‘Akkad, Kecemerlangan Khalifah Umar bin Khattab, 1978, Jakarta: Bulan Bintang.
• www.republika.co.id. Kisah Bilal Bin Rabbah. 12 November 2007, diakses 26 Oktober 2009.
• Khalid Muhammad Khalid, 60 Sirah Sahabat Rasulullah Saw. 2007, jakarta: dar al-maqtham.
• http//Rate This. Sahabat Amar Bin Yasir.Februari 27, 2008. diakses 26 Oktober 2009.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar